Minggu, 27 November 2011

Masih Perlukah Hati Nurani - mu (?)

Kehidupan memang tidak selalu berjalan sesuai dengan kehendak. Namun yang harus disadari adalah bagaimana kita bersikap terhadap realita yang terjadi. Hal-hal sederhana dapat kita tangkap maknanya sebagai sebuah pesan akan berharganya sebuah kehidupan. Namun tanpa disadari terkadang manusia justru hidup dalam pergulatan akan konsepsi dasarnya sebagai manusia itu sendiri. Ia sengaja membatasi kehidupan yang sebenarnya tidak perlu  karena kehidupan itu panjang tidak berujung.
Sebagai citra Allah sebenarnya setiap manusia memiliki daya kodrati dan adikodrati. Daya kodrati meliputi akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, sedangkan daya adikodrati adalah daya dari luar tubuh manusia yang sering disebut sebagai daya ilahi. Yang sering menjadi keprihatinan adalah bagaimana manusia menyeimbangkan akal budi, hati nurani, kehendak bebas dan daya ilahi tersebut. Realita yang sering terjadi adalah manusia menutup dirinya seakan-akan tidak lagi memiliki hati nurani. Yang ditonjolkan adalah kehendak bebasnya padahal kehendak bebas di sini adalah kebebasan yang bertanggung jawab, "kebebasan untuk" bukan "kebebasan dari".
Sebagai seorang manusia beriman, hati nurani sangat penting untuk menyeimbangkan kondisi dasar kehidupan kita (termasuk akal budi, kehendak bebas dan daya ilahi). Hati nurani adalah bagian integral yang dimiliki setiap orang dan pada dasarnya hati nurani setiap manusia adalah baik adanya (Karena manusia citra Allah maka manusia pun memiliki substansi dasar seperti Allah yaitu baik). Namun yang sering terjadi adalah manusia lebih menentukan arah hidupnya pada hal-hal duniawi dan menutup mata akan semangat humanisme. Peperangan, teror bom, korupsi dan lain sebagainya adalah contoh realita manusia yang menutup hati nuraninya demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Perlu digarisbawahi hati nurani sangat perlu bagi kelangsungan hidup setiap manusia. Tanpa hati nurani manusia hanyalah seonggok daging tak bermakna. Yang membedakan manusia dengan hewan atau tumbuhan adalah hatu nurani itu sendiri (beserta daya kodrati lainnya). Marilah kita menjadi manusia yang memiliki hati nurani yang peka terhadap realita sosial yang terjadi di sekeliling kita. Semoga kita dapat menjadi garam dan terang di masyarakat. Senjata paling sakti adalah hati manusia yang dibakar oleh kekuatan kehendaknya.

Ad Maiorem Dei Gloriam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar