Selasa, 20 September 2011

Anak Bajang Menggiring Angin


Kerendahan Hati demi sebuah Kebenaran

Judul Buku          : Anak Bajang Menggiring Angin
Penulis                 : Sindhunata, SJ
Penerbit              : Gramedia
Tahun Terbit      : 1995
Mendengar kisah pewayangan tentu membuat sebagian orang merasa terbuka mata hatinya. Kisah pewayangan merupakan sebuah refleksi atas kehidupan manusia yang terdiri dari sifat dualisme, ada baik ada jahat, ada hitam ada putih, ada siang ada malam. Dalam buku ini, Sindhunata menggambarkan kisah cinta Rama dan Sinta. Kisah ini merupakan kisah legendaris yang mempunyai daya refleksi mendalam. Namun, di balik kisah cinta itu terdapat nilai yang lebih dalam dari sekedar perasaan cinta antara pria dan wanita.
Cerita berawal dari kegagalan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi yang ingin menguraikan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, sebuah nilai kehidupan yang tidak sembarang orang bisa menerimanya. Wisrawa dan Sukesi terbawa oleh nafsu mereka untuk bersetubuh. Maka lahirlah tiga anak yang mereka beri nama Rahwana, Kumbakarna, dan Sarpakenaka. Mereka bertiga adalah lambang dari dosa-dosa Wisrawa dan Sukesi.  Setelah itu, Rahwana menjadi raja Alengka.
Kisah berlanjut dengan kelahiran Anoman. Dia adalah anak dari Retna Anjani. Anoman lahir karena cinta dari Batara Guru kepada Anjani. Anoman lahir tidak dalam bentuk manusia, namun ia lahir dalam wujud kera berwarna putih. Kera adalah simbol dari makhluk yang merindukan kesempurnaan manusia. Ia paling dekat pada bentuk seorang manusia. Untuk itulah, ia selalu berprihatin, supaya lekas diangkat kesempurnaannya.  Anoman adalah kera yang dinanti-nantikan dunia yang sedang diliputi angkara murka dengan lahirnya Rahwana. Anoman adalah simbol dari giri suci, jaladri prawata, surya sasangka, dan anila tanu. Maksudnya ia mempunyai hati yang sentosa seperti gunung, bening seperti ari, luas kebijaksanaannya bagai samudera, dan terang akal budinya seperti matahari, manis tutur katanya seperti rembulan, teguh pendiriannya seperti angin yang berhembus keras tak takut halangan.
 Setelah Anoman lahir, di Kerajaan Ayodya, lahirlah Ramawijaya yang merupakan ksatria tanpa tanding. Ayahnya adalah Dasarata, raja Ayodya. Rama adalah titisan dari Dewa Wisnu. Tugasnya di dunia adalah untuk menghancurkan kejahatan yang sedang terjadi di dunia. Dalam perjalanan, ia mengikuti sayembara dan berhasil meminang Dewi Sinta. Karena permintaan Dewi Kekayi, istri Dasarata, Rama dan Sinta akhirnya di usir ke hutan. Di hutan, mereka hanya ditemani oleh Laksmana, adiknya Rama.
Suatu ketika, mereka bertiga bertemu dengan kijang kencana. Karena tertarik, Dewi Sinta segera meminta Rama untuk mengambil  kijang yang indah itu. Rama tidak tahu bahwa kijang itu adalah titisan dari Kala Marica, abdi Rahwana. Ketika Laksmana menyusul Rama, Dewi Sinta segera diculik oleh Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Mendengar Dewi Sinta diculik oleh Rahwana, Rama segera menemui Sugriwa untuk menyiapkan bala tentara yang terdiri dari para kera. Para kera itulah yang akan mengalahkan kejahata, karena mereka adalah wakil alam yang suci. Manusia sudah penuh dengan kejahatan dan apabila kejahatan itu sudah menjadi rajanya, ia akan menjadi raksasa seperti Rahwana. Tapi tidak demikian dengan alam. Dalam dirinya terkandung rahasia kesucian ilahi yang tak terkatakan. Kejahatan itu sudah demikian berkuasa atas manusia dan tak mungkin lagi manusia menguasainya. Maka hanyalah suatu rahasia yang bisa menjungkirkan kejahatan dan rahasia itu tersimpan dalam diri para kera sebagai makhluk yang masih merindukan kesempurnaan.
 Karena tidak mengetahui di mana letak Alengka, Rama segera mengirim utusan untuk mencari letak Kerajaan Alengka. Tiba-tiba, Anoman memberanikan diri untuk mengemban tugas itu. Ia pergi mencari letak Kerajaan  Alengka hanya dalam waktu satu hari karena Batara Surya membuat matahari tidak terbenam.
Setelah melewati perjalanan panjang, akirnya Anoman berhasil mencapai Alengka. Ia menyusup sampai ke Taman Argasoka, tempat kediaman Dewi Sinta. Setelah meyakinkan keadaan Dewi Sinta, Anoman segera mengobrak-abrik Alengka, yang sering disebut Anoman Obong. Anoman membuat seluruh negeri Alengka  hancur. Inilah awal dari peperangan besar antara Alengka dan pasukan Ramawijaya.
Setelah berhasil membuat daratan di atas samudera dengan memindahkan Gunung Sandyawela, pasukan Rama segera menyerang Alengka. Akhirnya Rahwana yang memiliki Aji Pancasona –Tidak pernah mati karena ketika menyentuh tanah ia bisa hidup kembali – berhasil dipanah oleh Rama dan ditimbun Gunung Suwela oleh Anoman. Rahwana tidak bisa mengelak lagi. Ia tersiksa karena kejahatannya sendiri. Rahwana ingin terbebas dari penderitaan itu. Ia ingin menyesal. Tapi untuk menyesal saja ia tidak mampu. Rahwana tidak berhenti menjerit. Selama-lamanya! Ia takkan mati dalam hidupnya yang tersiksa. Pada saat dimikian betapa kematian benar-benar menjadi kerinduannya.
Kehidupan dan kematian saling melengkapi menuju kesempurnaan dan kebahagiaan sejati, maka bukankah tak ada hukuman yang lebih berat lagi daripada hidup yang tidak dapat mati? Dalam kehidupan ini masih terkandung kejahatan yang tidak mungkin dibebaskan oleh kematian. Maka kekuasaan jahat itu juga masih berada di dunia, dan masih tetap mengancam setiap orang.
Kehidupan manusia memang tidak bisa dilepaskan dari cinta. Tetapi rasa cinta itu bisa membutakan hati setiap orang karena di sana terdapat kejahatan yang selalu mengintai. Ia tidak bisa mati tetapi yakinlah bahwa dengan kerendahan hati dan kemurnian diri, kejahatan bisa dihentikan dan kedamaian dapat diciptakan di dunia.
Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan ke mana ia melangkah. Kebaikan atau kejahatan? Semua terserah Anda.
Ad Maiorem Dei Gloriam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar