Manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, namun hal itu tidaklah menutupinya untuk terus berbuat baik dari waktu ke waktu. Kelebihan dan kekurangan setiap orang boleh berbeda namun manusia memiliki cinta yang sama satu sama lain karena manusia diciptakan untuk mencintai dan untuk menghargai kehidupan.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana mengolah cinta untuk menjadikannya sebuah harta tak ternilai dalam kehidupan. Banyak orang membentengi dirinya agar cinta itu tidak bertumbuh. Mereka hanya memikirkan bagaimana kebebasan dapat diperoleh tanpa memandang arti cinta yang sejati. Cinta mengalahkan kehendak untuk mementingkan diri. Cinta itu adalah kesatuan dari hati yang terdalam. Kejujuran akan cinta dapat menghadirkan harapan yang murni, yang akan membawa manusia pada sense of belonging terhadap kehidupan. Mari menjadi manusia yang memiliki cinta sebagai akar hidup sehingga menjadi garam dan terang bagi sekeliling kita. Ad Maiorem Dei Gloriam.
Senin, 28 November 2011
Minggu, 27 November 2011
Masih Perlukah Hati Nurani - mu (?)
Kehidupan memang tidak selalu berjalan sesuai dengan kehendak. Namun yang harus disadari adalah bagaimana kita bersikap terhadap realita yang terjadi. Hal-hal sederhana dapat kita tangkap maknanya sebagai sebuah pesan akan berharganya sebuah kehidupan. Namun tanpa disadari terkadang manusia justru hidup dalam pergulatan akan konsepsi dasarnya sebagai manusia itu sendiri. Ia sengaja membatasi kehidupan yang sebenarnya tidak perlu karena kehidupan itu panjang tidak berujung.
Sebagai citra Allah sebenarnya setiap manusia memiliki daya kodrati dan adikodrati. Daya kodrati meliputi akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, sedangkan daya adikodrati adalah daya dari luar tubuh manusia yang sering disebut sebagai daya ilahi. Yang sering menjadi keprihatinan adalah bagaimana manusia menyeimbangkan akal budi, hati nurani, kehendak bebas dan daya ilahi tersebut. Realita yang sering terjadi adalah manusia menutup dirinya seakan-akan tidak lagi memiliki hati nurani. Yang ditonjolkan adalah kehendak bebasnya padahal kehendak bebas di sini adalah kebebasan yang bertanggung jawab, "kebebasan untuk" bukan "kebebasan dari".
Sebagai seorang manusia beriman, hati nurani sangat penting untuk menyeimbangkan kondisi dasar kehidupan kita (termasuk akal budi, kehendak bebas dan daya ilahi). Hati nurani adalah bagian integral yang dimiliki setiap orang dan pada dasarnya hati nurani setiap manusia adalah baik adanya (Karena manusia citra Allah maka manusia pun memiliki substansi dasar seperti Allah yaitu baik). Namun yang sering terjadi adalah manusia lebih menentukan arah hidupnya pada hal-hal duniawi dan menutup mata akan semangat humanisme. Peperangan, teror bom, korupsi dan lain sebagainya adalah contoh realita manusia yang menutup hati nuraninya demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Perlu digarisbawahi hati nurani sangat perlu bagi kelangsungan hidup setiap manusia. Tanpa hati nurani manusia hanyalah seonggok daging tak bermakna. Yang membedakan manusia dengan hewan atau tumbuhan adalah hatu nurani itu sendiri (beserta daya kodrati lainnya). Marilah kita menjadi manusia yang memiliki hati nurani yang peka terhadap realita sosial yang terjadi di sekeliling kita. Semoga kita dapat menjadi garam dan terang di masyarakat. Senjata paling sakti adalah hati manusia yang dibakar oleh kekuatan kehendaknya.
Ad Maiorem Dei Gloriam
Sebagai citra Allah sebenarnya setiap manusia memiliki daya kodrati dan adikodrati. Daya kodrati meliputi akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, sedangkan daya adikodrati adalah daya dari luar tubuh manusia yang sering disebut sebagai daya ilahi. Yang sering menjadi keprihatinan adalah bagaimana manusia menyeimbangkan akal budi, hati nurani, kehendak bebas dan daya ilahi tersebut. Realita yang sering terjadi adalah manusia menutup dirinya seakan-akan tidak lagi memiliki hati nurani. Yang ditonjolkan adalah kehendak bebasnya padahal kehendak bebas di sini adalah kebebasan yang bertanggung jawab, "kebebasan untuk" bukan "kebebasan dari".
Sebagai seorang manusia beriman, hati nurani sangat penting untuk menyeimbangkan kondisi dasar kehidupan kita (termasuk akal budi, kehendak bebas dan daya ilahi). Hati nurani adalah bagian integral yang dimiliki setiap orang dan pada dasarnya hati nurani setiap manusia adalah baik adanya (Karena manusia citra Allah maka manusia pun memiliki substansi dasar seperti Allah yaitu baik). Namun yang sering terjadi adalah manusia lebih menentukan arah hidupnya pada hal-hal duniawi dan menutup mata akan semangat humanisme. Peperangan, teror bom, korupsi dan lain sebagainya adalah contoh realita manusia yang menutup hati nuraninya demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Perlu digarisbawahi hati nurani sangat perlu bagi kelangsungan hidup setiap manusia. Tanpa hati nurani manusia hanyalah seonggok daging tak bermakna. Yang membedakan manusia dengan hewan atau tumbuhan adalah hatu nurani itu sendiri (beserta daya kodrati lainnya). Marilah kita menjadi manusia yang memiliki hati nurani yang peka terhadap realita sosial yang terjadi di sekeliling kita. Semoga kita dapat menjadi garam dan terang di masyarakat. Senjata paling sakti adalah hati manusia yang dibakar oleh kekuatan kehendaknya.
Ad Maiorem Dei Gloriam
Kamis, 24 November 2011
Perubahan untuk Indonesia
Perubahan adalah sebuah substansi yang tetap. Segalanya berubah kecuali perubahan itu sendiri. Indonesia saat ini memiliki berbagai permasalah yang kompleks di segala bidang, yakni politik, ekonomi, dan sosial. Sebagai individu yang cinta pada bangsa sudah saatnya kita bergerak untuk mengadakan perubahan. Panji Pragiwaksono telah menggemborkan semangat berani untuk mengubah (#BeraniMengubah).
Perubahan memang sangat dibutuhkan demi kelangsungan kehidupan di Indonesia yang lebih baik. Sistem pemerintahan yang cenderung korup adalah bagian dari hal yang harus dibenahi. Jika terus menerus keadaan berlangsung seperti saat ini maka tidak lama bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memprihatinkan padahal Indonesia adalah bangsa yang kaya akan segalanya, kecuali satu yaitu kesadaran akan keberadaan orang lain.
Banyak individu yang lupa akan realita kehidupan sosial yang membutuhkan sekali bantuan baik jasmani maupun rohani. Para petinggi negara seakan menutup mata padahal bangsa ini merupakan bangsa dengan kedaulatan rakyat dan NKRI sebagai bentuk negara.
Mari kita melihat lebih dalam situasi dan kondisi bangsa yang semakin lama memprihatinkan. Mulailah dari diri sendiri untuk merubah paradigma akan bangsa ini. Indonesia adalah negara dengan segala kekayaannya dengan potensi yang sangat tinggi. Mari kita berjuang untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Merdeka !!
Perubahan memang sangat dibutuhkan demi kelangsungan kehidupan di Indonesia yang lebih baik. Sistem pemerintahan yang cenderung korup adalah bagian dari hal yang harus dibenahi. Jika terus menerus keadaan berlangsung seperti saat ini maka tidak lama bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memprihatinkan padahal Indonesia adalah bangsa yang kaya akan segalanya, kecuali satu yaitu kesadaran akan keberadaan orang lain.
Banyak individu yang lupa akan realita kehidupan sosial yang membutuhkan sekali bantuan baik jasmani maupun rohani. Para petinggi negara seakan menutup mata padahal bangsa ini merupakan bangsa dengan kedaulatan rakyat dan NKRI sebagai bentuk negara.
Mari kita melihat lebih dalam situasi dan kondisi bangsa yang semakin lama memprihatinkan. Mulailah dari diri sendiri untuk merubah paradigma akan bangsa ini. Indonesia adalah negara dengan segala kekayaannya dengan potensi yang sangat tinggi. Mari kita berjuang untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Merdeka !!
Merdeka atau Mati
INDONESIA....
Sebuah negeri yang kaya segala-galanya, termasuk dengan sejarahnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki integritas kuat di kancah dunia. Pada era Soekarno bangsa Indonesia menjadi macan asia yang ditakuti hingga ke seluruh penjuru mata angin. Namun sekarang kenyataannya? Muncul pertanyaan besar dibalik situasi bangsa yang saat ini cenderung mengalami penurunan drastis dari segala aspek kehidupan di dalamnya, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.
Sebagai generasi penentu bangsa (bukan penerus. Apakah kita mau meneruskan situasi bangsa yang sekarang ini? *lih.konteks), kita dapat melihat bagaimana perjuangan para founding father yang telah berjuang membentuk negara ini berdasarkan ideologi Pancasila yang sangat besar maknanya.
"Merdeka atau Mati" sebuah ungkapan dari seorang Soekarno yang di dalamnya tersirat sebuah pesan akan pentingnya sebuah perjuangan yang total dari dalam diri sendiri. Kecenderungan masyarakat sekarang adalah adanya ketergantungan dari pihak asing untuk masuk ke dalam bangsa ini. Apakah kita mau negeri kita hanya dijadikan sebagai pasar karena kebiasaan kita untuk konsumtif terhadap segala jenis barang?
Sebagai bangsa besar sudah selayaknya kita menjadi bangsa yang mandiri dengan kemajuan yang begitu pesat. Masalahnya adalah sistem pemerintahan yang saat ini dimasuki oleh oknum-oknum tanpa nasionalisme yang sejati di mana para pejabat hanya mementingkan kantongnya sendiri tanpa memerhatikan kondisi rakyatnya.
Semoga ada tindakan konkret yang dilakukan oleh masyarakat secara umum dan pemuda secara khusus untuk memperjuangkan bangsa ini dengan semangat nasionalisme sejati seperti yang dimiliki oleh para pendiri bangsa ini. Salam saya selalu untuk setiap warga negara Indonesia. Mari kita pekikan bersama.. Merdeka atau Mati !!!!
Sebuah negeri yang kaya segala-galanya, termasuk dengan sejarahnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki integritas kuat di kancah dunia. Pada era Soekarno bangsa Indonesia menjadi macan asia yang ditakuti hingga ke seluruh penjuru mata angin. Namun sekarang kenyataannya? Muncul pertanyaan besar dibalik situasi bangsa yang saat ini cenderung mengalami penurunan drastis dari segala aspek kehidupan di dalamnya, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.
Sebagai generasi penentu bangsa (bukan penerus. Apakah kita mau meneruskan situasi bangsa yang sekarang ini? *lih.konteks), kita dapat melihat bagaimana perjuangan para founding father yang telah berjuang membentuk negara ini berdasarkan ideologi Pancasila yang sangat besar maknanya.
"Merdeka atau Mati" sebuah ungkapan dari seorang Soekarno yang di dalamnya tersirat sebuah pesan akan pentingnya sebuah perjuangan yang total dari dalam diri sendiri. Kecenderungan masyarakat sekarang adalah adanya ketergantungan dari pihak asing untuk masuk ke dalam bangsa ini. Apakah kita mau negeri kita hanya dijadikan sebagai pasar karena kebiasaan kita untuk konsumtif terhadap segala jenis barang?
Sebagai bangsa besar sudah selayaknya kita menjadi bangsa yang mandiri dengan kemajuan yang begitu pesat. Masalahnya adalah sistem pemerintahan yang saat ini dimasuki oleh oknum-oknum tanpa nasionalisme yang sejati di mana para pejabat hanya mementingkan kantongnya sendiri tanpa memerhatikan kondisi rakyatnya.
Semoga ada tindakan konkret yang dilakukan oleh masyarakat secara umum dan pemuda secara khusus untuk memperjuangkan bangsa ini dengan semangat nasionalisme sejati seperti yang dimiliki oleh para pendiri bangsa ini. Salam saya selalu untuk setiap warga negara Indonesia. Mari kita pekikan bersama.. Merdeka atau Mati !!!!
API SENJA
Berteriak..
Meminta sebuah tanda bias tanpa
kata
Kutanya mengapa
Jawabnya pedas menusuk dahaga
Membuang segala peluh hujan siang hari
Diam..
Melikuk di antara kabut rasa
Kucoba menatap dirinya penuh luka
Angin biru tak kuasa menahan belai dirinya
Sudah cukup
Aku terbuai dalam dinginnya api senja
Rabu, 02 November 2011
RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Pada dasarnya setiap manusia selalu
ingin mencari asal usulnya. Menurut pandangan agama-agama di dunia, manusia
diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Sang Transensen. Kodrat substansial
manusia adalah laki-laki dan perempuan. Banyak orang di dunia menghabiskan
waktu hidupnya untuk menelusuri lebih jauh hakikat laki-laki dan perempuan.
Pertanyaan
akan laki-laki dan perempuan memiliki komparasi dengan salah satu kebijaksanaan
kuno untuk menjawabnya. Kebijaksaan tersebut mengatakan, “Ada dua hal yang bisa
dilakukan terhadap sebuah pertanyaan. Yang pertama adalah memberikan jawaban
terhadap pertanyaan itu. Yang kedua adalah memberikan kemungkinan rumusan
pertanyaan yang lebih baik.
Menurut
Yohanes Paulus II, usaha untuk memahami kembali arti dasar manusia kita dapat
melihatnya dalam pengalaman asali manusia pada titik awal penciptaan. Ada tiga
pengalaman asli manusia: kesendirian asali (original
solitude), kebersatuan asali (original
unity), dan ketelanjangan asali (original
nakedness).[1]
Banyak
pakar mencoba merumuskan jawaban hakikat
awal laki-laki dan perempuan. Kitab suci mengatakan bahwa laki-laki pertama
adalah Adam dan perempuan pertama adalah Hawa. Hal ini belum pasti karena Kitab
Suci merupakan refleksi teologis yang menghubungkan relasi antara manusia
dengan yang Transenden. Ada pakar lain seperti Darwin yang mengatakan bahwa
manusia adalah hasi evolusi kera.
Pengertian
akan awal keberadaan manusia adalah sebuah relativitas yang tidak tentu
menemukan jawaban yang tepat. Akan lebih tepat bila sebagai manusia kita
memaknai hal tersebut sebagai sebuah proses yang terus berjalan serta
mempercayai refleksi-refleksi teologis mengingat kita adalah manusia yang memiliki
kepercayaan pada yang Transenden.
Tidak
akan ada habisnya bila kita mencari jawaban akan pertanyaan substansial awal
keberadaan manusia karena teori-teori yang muncul hanya menimbulkan kebingungan
di antara kita. Namun, kita bisa memunculkan pertanyaan lain yang lebih
memiliki korelasi yang esensial dengan keseharian kita sebagai sebuah insan.
Pertanyaan lain yang muncul setelahnya adalah hubungan relasi antara laki-laki
dengan perempuan itu sendiri. Hal ini bisa ditinjau dari segi perbedaan gender
antara laki-laki dengan perempuan.
Hubungan
antara laki-laki dan perempuan adalah sebuah relasi interpersonal. Menurut
McGraw-Hill dalam bukunya Communication
works, relasi interpersonal adalah sebuah hubungan diadik (pasangan) antar
personal atau individu. Ketika kita membagikan relasi interpersonal dengan
orang lain, kita menjadi memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lain. Di
lain waktu kita menjalin hubungan secara alami, seperti pertemanan selama kita
berinteraksi dengan orang lain dengan membagikan pengalaman yang kita miliki
dan memenuhi kebutuhan sosial lainnya.[2]
Fungsi
akan adanya relasi adalah adanya tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi,
yakni inclusion, control, dan affection. Inclusion adalah segala
sesuatu yang kita butuhkan untuk berkomunikasi secara sosial. Inclusion menggambarkan adalah cara kita
untuk membangun relasi supaya orang lain memahami keberadaan kita tetapi dengan
tetap menjaga jarak.[3]
Control
adalah sebuah kebutuhan yang bertujuan agar kita mampu,peka dan terampil dalam
mengeluarkan kekuatan kita untuk mempengaruhi relasi atau hubungan kita. Affection sendiri memiliki arti sebuah
kebutuhan untuk member dan menerima aspek-aspek emosi secara lebih dekat.[4]
Dengan
adanya teori di atas kita dapat memaparkan hubungan relasi antara laki-laki
dengan perempuan. Relasi tersebut memiliki sikap saling ketergantungan satu
sama lain sehingga kita dapat memiliki paradigma bahwa antara laki-laki dan
perempuan mempunyai kebutuhan untuk saling melengkapi. Hal ini dapat kita
tinjau dengan logika bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Budaya
patriarkal yang memang sudah mendarah daging di beberapa bagian dunia bahkan
hampir meliputi seluruh dunia membawa kita pada sebuah pandangan bahwa
laki-laki itu berkuasa, termasuk terhadap perempuan. Namun patut disayangkan
bahwa pemahaman akan budaya tersebut hanya dibatasi pada hal-hal yang cenderung
negatif. Padalah budaya patriarkal hanyalah buatan manusia itu sendiri, bukan
sebuah kodrat yang menegaskan bahwa memang laki-laki berkuasa terhadap
perempuan.
Refleksi
akan peran laki-laki dan perempuan dalam hubungan relasinya adalah pada hakikat
psiko-somatik yang berarti kesatuan jiwa dan tubuh manusia tetap dipertahankan.
Hakikat psiko-somatik penting ditegaskan karena bertujuan untuk menghindar dari
paham dualisme.[5]
Laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah satu kesatuan sekaligus pemisahan.
Jiwa dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan namun manusia itu sendiri
“dipisahkan” antara laki-laki dan perempuan yang memiliki jiwa dan tubuh
berbeda.
Seiring
dengan berjalannya waktu, hubungan relasi antara laki-laki dan manusia menuju
pada persamaan gender. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peran perempuan yang
mulai mengambil alih peran laki-laki, misalnya dengan adanya polisi perempuan,
sopir busway perempuan, dan presiden perempuan.
Relasi
antara laki-laki dan perempuan memiliki fungsi inclusion, control, dan
affection. Meskipun memiliki kebutuhan untuk saling melengkapi, laki-laki
dan perempuan tetap menjaga jarak satu sama lain dan memiliki kontrol akan
hubungan itu sendiri. Relasi antara laki-laki dan perempuan adalah sebuah
sarana untuk memenuhi kebutuhan afeksi masing-masing.
Komunikasi
yang terjalin antara laki-laki dan perempuan jelas memiliki perbedaan dengan
komunikasi laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Hal yang
mendasarinya adalah kebutuhan psikologis yang cenderung membawa manusia pada
sisi afeksi. Manusia akan terpenuhi kebutuhan emosi afeksinya ketika menjalin
hubungan dengan beda jenis kecuali individu tersebut memiliki sebuah pandangan
yang berbeda, dengan kata lain memiliki kelainan.
Dengan
demikian kita dapat menyimpulkan bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan
adalah sebuah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Relasi ini bersifat dinamis
mengingat proses yang berlangsung di dalamnya terbentur dengan relasi yang
lainnya pula, seperti relasi manusia dengan alam, relasi manusia dengan yang
Transenden dan relasi lainnya. Komunikasi antara laki-laki dan perempuan
memiliki daya pikat yang membuat sisi psikologis manusia terpenuhi kebutuhannya.
Kembali pada awalnya bahwa laki-laki dan perempuan adalah kodrat manusia.
Budaya, keyakinan, adat, dan lain-lain adalah buatan manusia sendiri untuk
membangun nilai dan norma yang terjalin di antara mereka.
Selasa, 01 November 2011
PEMUDA : SATU UNTUK INDONESIA
Sebagai seorang pemuda tentunya kita tidak bisa diam melihat situasi pemerintahan saat ini yang cenderung lambat dalam mengatasi permasalahan negara yang ada. Butuh sebuah perubahan yang mendasar. Memang sulit ketika sebuah sistem telah rusak oleh berbagai masalah, dalam hal ini adalah sistem pemerintahan Indonesia yang sedang dilanda berbagai macam krisis antara lain kasus-kasus korupsi yang berdampak pada krisis kepercayaan.
Dibutuhkan pemuda-pemuda Indonesia yang mau bergerak ke arah yang lebih maju untuk memberikan sebuah agere contra dengan apa yang sekarang dilakukan oleh pemerintah. Apakah kejadian tahun 1998 akan terulang kembali? Hanya masalah waktu yang akan menjawabnya.
Melihat realita "kebobrokan" pemerintahan saat ini, sudah saatnya slogan generasi penerus bangsa kita ubah menjadi GENERASI PENENTU BANGSA. Hal ini dimaksudkan agar sebagai pemuda kita tidak ingin menjadi penerus sistem yang sudah terlampau hancur oleh kepentingan-kepentingan sekelompok orang saja. Partai sebagai kendaraan demokrasi sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sistem harus segera dibenahi jika tidak ingin NKRI terpecah belah. Sudah banyak gerakan untuk keluar dari NKRI dan hal ini sangat memprihatinkan. Mari kita bersatu untuk INDONESIA tercinta. Jangan sampai negara yang sudah susah payah dibangun oleh para founding father musnah begitu saja.
satu untuk INDONESIA.
Dibutuhkan pemuda-pemuda Indonesia yang mau bergerak ke arah yang lebih maju untuk memberikan sebuah agere contra dengan apa yang sekarang dilakukan oleh pemerintah. Apakah kejadian tahun 1998 akan terulang kembali? Hanya masalah waktu yang akan menjawabnya.
Melihat realita "kebobrokan" pemerintahan saat ini, sudah saatnya slogan generasi penerus bangsa kita ubah menjadi GENERASI PENENTU BANGSA. Hal ini dimaksudkan agar sebagai pemuda kita tidak ingin menjadi penerus sistem yang sudah terlampau hancur oleh kepentingan-kepentingan sekelompok orang saja. Partai sebagai kendaraan demokrasi sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sistem harus segera dibenahi jika tidak ingin NKRI terpecah belah. Sudah banyak gerakan untuk keluar dari NKRI dan hal ini sangat memprihatinkan. Mari kita bersatu untuk INDONESIA tercinta. Jangan sampai negara yang sudah susah payah dibangun oleh para founding father musnah begitu saja.
satu untuk INDONESIA.
Antara Jubah dan Cinta
Antara
Jubah dan Cinta
Ketika
sang surya mengintip dalam peraduannya dan embun pagi masih terasa segar, di
tepi pantai pasir putih, seorang lelaki paruh baya sedang asik menghisap
rokoknya. Lamunannya melayang hingga melewati ruang dan waktu. Desiran ombak
semakin membuatnya terbang tinggi menembus angannya yang tak kunjung tiba.
Bratasena
duduk terdiam. Matanya menatap lurus ke arah matahari yang sebentar lagi
meninggalkan pantai. Hidup memang tidak bisa diduga, segala yang terjadi tidak
bisa diprediksi sebelumnya. Seperti pasir yang terdampar di tepi pantai,
kehidupan juga memiliki makna yang tak dapat dihitung dengan tepat. Hukum
relativisme ternyata memang mewarnai setiap lekuk kehidupan. Brata, seorang
anak preman tak kuasa menahan tangis dalam sepinya. Semua yang terjadi dalam
hidup ini bukan kebetulan, pikirnya.
“Brata,
sedang apa kamu di sini?” tanya Pandu tiba-tiba. Brata segera menghapus air
mata yang sempat terjatuh membasahi lekuk pipinya.
“Nggak,
gak ada apa-apa kok,” jawab Brata berusaha menutupi apa yang sesungguhnya
terjadi.
“Sudahlah,
coba kamu ceritakan apa masalahmu. Tadi aku lihat kok kamu menangis,” kata
Pandu kepada Brata melihat temannya seperti sedang berada dalam kesulitan.
“Begini
Du, aku bingung mengapa orang seperti aku bisa-bisanya tertarik untuk menjadi
seorang pastur. Padahal latar belakan kehidupanku seperti ini, bisa dikatakan
sebagai orang yang tidak baik. Kerjaku hanya mabuk-mabukan dan melakukan
hal-hal lain yang hanya memuaskan nafsuku saja,” Brata mencoba menguraikan
permasalahnya perlahan.
Menjadi
seorang pastur memang bukan perkara biasa. Tradisi Katolik yang begitu baku
mengharuskan seorang Pastur memiliki tiga kaul yakni kaul ketaatan, kemiskinan
dan keperawanan. Jadi memang tidak masuk akal bila seorang Brata yang memiliki
latar belakang yang buruk bisa memiliki rasa untuk menjadi seorang pastur.
Matahari
sudah tidak lagi menampakkan sinarnya, namun Brata dan Pandu masih duduk di
tepi pantai. Mereka bercakap-cakap satu sama lain.
“Pandu,
bagaimana kalo aku masuk biara?” tanya Brata kepada Pandu yang sudah menjadi
temannya dari kecil hingga saat ini.
“Kamu
yakin Brat?”
“Sesuatu
jika tidak dicoba sama saja sia-sia, Du.”
“Bukan
begitu juga, keyakinan itu modal penting untuk melangkah lebih jauh ke depan.”
“Ya
benar sih, tapi hati gak pernah salah Du. Aku ingin masuk biara untuk
setidaknya mendengar suara hati niraniku sendiri.”
“Baiklah,
coba kamu tanya dulu pada orangtuamu,” nasihat Pandu yang ternyata menjadi awal
bagi Brata untuk melihat ke dunia yang tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh
Brata.
Keheningan
adalah keramaian abadi yang pernah ada. Ketika seorang hening, maka dengan itu
ia akan berada dalam keramaian yang tak ada batasnya. Di sanalah kekayaan abadi
berada, dalam keheningan. Brata pun perlahan menyadarinya. Ia sering berada
dalam keheningan di tepi pantai. Rumahnya yang tidak jauh dari pantai itulah
yang membuatnya memilih pantai menjadi tempat yang paling nyaman untuk
berefleksi.
Kehidupan
ini begitu kompleks. Dosa adalah sesuatu yang pasti dilakukan oleh tiap
manusia. Brata sadar bahwa dirinya adalah manusia yang buruk. Masa lalu yang
suram sangat berpengaruh terhadap dirinya saat ini. Brata dibesarkan dalam
keluarga yang tidak jelas. Sampai saat
ini ia pun tidak tahu siapa ibu kandungnya. Ia dibesarkan oleh ayahnya
yang dikenal sebagai seorang preman.
Waktu
berlalu begitu cepat dan di suatu senja di mana Brata selalu duduk termenung
menatap matahari yang hendak dalam peraduannya, datanglah seroang gadis menhampiri
Brata.
“Hai,
masih kenal aku gak?” tanya gadis itu kepada Brata.
“Dewi?”
“Iya,
masa kamu lupa?”
“Bener
ini Dewi?”
“Iya,
ini aku Dewi yang dulu kamu tolong saat aku tenggelam. Masa kamu lupa.”
“Aku
ingat kok Wi. Bagaimana sekarang
kabarnya?” tanya Brata kepada Dewi.
“Aku
baik-baik saja kok. Sebenarnya aku mau ke sini ingin berbicara kepadamu Brata,”
jawab Dewi yang membuat Brata bingung. Tidak biasanya ada perempuan yang kenal
padanya namun sekarang ada seorang gadis yang berada sangat dekat dengannya.
“Ada
apa Wi?” tanya Brata dengan hati yang bertanya-tanya. Bersamaan dengan matahari
yang tinggal sepucuk saja menyembul mungil di garis horizon, Dewi mencium pipi
Brata. Tidak ada suara. Semua terbawa pada emosi masing masing. Saat itu adaah
saat yang paling dikenang oleh Dewi sebelum semuanya tak menjadi miliknya lagi.
Cinta
adalah suatu misteri. Tidak seorang pun di dunia ini yang tidak luput dari yang
namanya cinta karena manusia memang diciptakan secara eksistensial bersamaan
dengan lahirnya cinta itu sendiri. Senja itu menjadi abu-abu bagi Dewi karena
sejak saat itu Brata, seorang yang liar namun memiliki hati bagai samudera
memberikan sedikit harapan padanya namun ada sesuatu yang menutupi perasaannya
kepada Dewi, yakni impiannya, cita-citanya, keinginannya, sebuah rasa untuk
menjadi alat bagi Tuhan di dunia ini.
“Mengapa
kamu menciumku?” tanya Brata kepada Dewi sesaat setelah semuanya kembali kea
lam sadar mereka. Desiran angin senja membawa segala perasaan Dewi kepada
langit, ingin rasanya memuntahkan rasa yang memang mengalir di hatinya untuk
Brata setelah setengah tahun yang lalu Brata menolong Dewi yang tenggelam
terseret ombak yang begitu besar. Sejak saat itu, Dewi memiliki cinta yang
sulit untuk diungkapkannya. Hari-harinya dihabiskan di tepi pantai untuk
sekedar memandang Brata dari kejauhan.
“Brata,
Aku mencintaimu,” jawab Dewi dengan hati yang berdebar. Setelah setengah tahun
lamanya ia ingin sekali mengungkapkan kalimat itu kepada Brata, akhirnya hari
ini hal itu terjadi. Sesuatu yang menjadi impian Dewi, bersama Brata menjalani
kehidupan yang memang sarat dengan tanda tanya.
“Mengapa
baru sekarang kamu berkata padaku, Wi?”
“Memang
kenapa? Terlalu lama yah?”
“Untuk
saat ini ada sebuah rasa yang bergejolak dalam hatiku. Mungkin kamu pun tidak
menduga perasaan yang ada padaku. Dahulu, setengah tahun yang lalu aku memang
menyadari sebuah rasa yang tak bisa kudefinisikan padamu. Ada sebuah rasa
bagiku untuk memilikimu, namun aku sadar bahwa aku manusia yang penuh dengan
kekuarangan. Aku tak pantas untukmu, Wi,” ungkap Brata menjelaskan perasaannya
dahulu kala.
“Maaf
untuk itu Brat, aku tak kuasa mengungkapkan rasaku padamu. Aku begitu naïf
sehingga aku hanya bisa berada jauh, mengambil jarak denganmu. Sebenarnya
hari-hariku pun kuhabiskan di tempat ini. Memandangmu dari kejauhan. Aku tak
punya nyali yang besar untuk berada di dekatmu,” kata Dewi dengan nada
terbata-bata. Ia merasa terharu ketika mengetahui bahwa setengah tahun yang
lalu Brata punya rasa yang sama dengannya, namun itu setengah tahun yang lalu.
Bagaimana dengan sekarang? Apakah Brata tetap mencitaiku? Apakah Brata memiliki
rasa cinta yang sama kepadaku? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepala Dewi,
sulit rasanya untuk tidak menahan butiran-butiran air mata yang mulai menetes
menuruni setiap lekuk pipinya.
“Maafkan
aku Wi, aku tidak tahu harus berbuat apa. Seiring berjalannya waktu perasaanku
padamu tenggelam bersamaan dengan derai air di pantai ini menuju samudera luas.
Aku tak lagi seperti dulu yang mempunyai perasaan itu. Terima kasih bila kamu
mau jujur padaku pada hari ini. Namun sekali lagi maaf karena aku mempunyai
cinta lain yang begitu kuat menarikku hingga tak kuasa bagiku untuk
menolaknya,” jelas Brata kepada Dewi yang perlahan mengambil jarak dengan
Brata.
“Iya
aku tahu, Brat. Ini memang salahku. Aku harus menunggu begitu lama untuk
memiliki keberanian mengatakan hal ini padamu. Memang cinta itu tidak bisa
dipaksakan sekaligus harus dipaksakan. Lebih baik aku mengatakan hal ini padamu
daripada aku menahannya lebih lama lagi. Aku mengerti kok Brat bahwa memang sulit mengharapkan cinta yang tak kunjung
datang. Terima kasih karena pernah
mencintaiku,” kata Dewi dengan penuh gejolak jiwa.
“Terima
kasih juga karena boleh mencintaimu. Perasaan hanyalah sebuah bias yang tidak
bisa untuk dipungkiri. Aku tahu bahwa rasa itu tidak pernah berbohong. Maafkan
aku Wi, hal ini terlalu sulit bagiku karena ada kekuatan lain yang lebih besar
dari rasa cinta itu sendiri. Aku memutuskan untuk menjadi seorang Pastur meskipun
aku juga memiliki rasa itu padamu,” jelas Brata. Mendengar perkataan itu, Dewi
pun kaget karena tidak mengira alasan Brata menolak cintanya. Dia tahu bahwa
menjadi seorang Pastur adalah sebuah hal yang sangat jarang terjadi.
Hari
telah menjadi gelap dan dua insan tetap duduk berdampingan memandang ombak yang
perlahan semakin pasang. Bulan purnama telah menggantikan sang surya yang
sedang tertidur pulas di belahan bumi yang lain. Malam itu adalah malam yang
penuh dengan kasih mesra seorang calon Pastur kepada seorang wanita yang duduk
di sampingnya. Mungkin ini adalah malam terakhir baginya untuk berada di dekat
seorang wanita dengan perasaan cinta yang tak terselami. Memang cinta begitu
rumit untuk dirumuskan karena memang tak
ada ilmu pasti yang dapat menjangkaunya. Cinta seperti samudera yang tak
mungkin dapat ditampung oleh pikiran yang hanya sebesar botol. Cinta begitu
luas dan tak terbendung maknanya. Biarah sang Pencipta cinta yang tahu dengan
jelas siapa cinta itu sendiri.
“Maafkan
aku ya Wi, keputusanku sudah bulat.
Aku merasa terpanggil untuk menjadi seorang Pastur. Perasaan itu tak bisa lagi
kututup-tutupi. Ada hal tak terlihat yang selalu memanggilku untuk meninggalkan
segala yang kupunya demi segala yang akan kuperoleh dalam kebahagiaanku menjadi
seorang Pastur. Maafkan aku sekali lagi,Wi,” begitulah Brata mencoba
menguraikan segala perasaannya untuk menjadi seorang Pastur.
Dewi
tak kuasa menahan tangis yang semakin lama semakin menjadi. Namun ia sadar
bahwa perasaannya bertepuk sebelah tangan. Cintanya tak lagi disambut oleh
cinta seorang Brata tetapi ia sekarang mengerti bahwa cinta itu seperti anak
panah yang dilepas. Jika anak panah itu selalu berada dalam busurnya ia tidak
akan pernah tahu kemana arah tujuan hidupnya sekaligus menyesengsarakan
busurnya itu karena harus menahannya, namun ketika anak panah itu dilepas ia
akan mencari sendiri jalan hidupnya dan itu membuat busur lega meskipun arah
anak panah itu tidak sesuai dengan kehendaknya.
“Brata,
aku mengerti kok dengan ini semua.
Tidak ada yang bisa menghalangimu untuk sebuah cita-cita itu. Aku tidak mungkin
bersaing dengan Tuhan yang telah mencintaimu lebih dahulu dari pada aku. Terima
kasih ya Brat karena kamu boleh menjadi bagian dalam hari-hariku. Mungkin ini
malam terakhir bagi kita untuk berdua bersama menikmati pantai yang indah dan
penuh kenangan ini. Terima kasih, Brat,” ungkap Dewi yang memang mengerti akan
perasaan Brata yang begitu luhur.
Keras,
total dan merdeka adalah sifat yang selalu dimiliki dalam cinta. Ia begitu
keras melebihi batu apapun, total dalam berprinsip dan merdeka dalam bertindak.
Sejak saat itu Brata pun semakin yakin dengan pilihannya untuk menjadi seorang
Pastur. Dengan kemerdekaannya ia telah memutuskan suatu yang berbeda dengan
kebanyakan orang. Ia ingin mengabdi seutuhnya kepada Tuhan yang telah
mencintainya jauh sebelum dunia dijadikan.
Delapan
tahun kemudian Dewi kembali berjumpa dengan Brata. Saat ini situasinya telah
berbeda. Di hadapan Brata, terlihat seorang lelaki yang ingin menerima
berkatnya untuk kelasngsungan hubungan yang lebih jauh, Brata memberikan
sakramen perkawinan kepada Dewi dan calon suaminya. Dengan kebesaran hati Brata
menjalankan tugasnya sebagai wakil Tuhan dengan amat baik. Ia tak lagi terbuai
dengan masa lalunya dengan Dewi.
“Terima
kasih ya Romo Brata. Aku sungguh bahagia hari ini karena telah menerima
sakramen yang selamanya akan aku pegang teguh,” ungkap Dewi kepada Brata seusai
misa perkawinan itu.
“Tetaplah
berada di jalan Tuhan. Cintailah suamimu seperti kamu mencintai dirimu sendiri.
Selamat menempuh hari yang baru semoga kamu selalu mengalami kebahagiaan yang
selama ini kamu cari.”
“Terima
kasih Romo Brata, aku akan selalu pegang janjiku.”
“Amin.”
ketika hati sedang bergeming
Langganan:
Postingan (Atom)